Tutup mangkok keramik yang berasal dari jaman BTW (Banka Tin Winning Bedrijft), yaitu perusahaan timah pada jaman Belanda sekitar tahun 1816 - 1818.
Koleksi keramik dari Graha Peltim yang dihibahkan ke Tins Gallery Pangkalpinang tahun 2019.
(moy/sumber: Dokumentasi Tins Gallery)
Mangkok besar yang masih komplit peninggalan dari perusahaan TTB (Tambang Timah Bangka) yang merupakan hasil nasionalisasi perusahaan timah BTW (Banka Tin Winning Bedrijft) milik penjajah Belanda setelah Indonesia merdeka sekitar tahun 1958.
Mangkok ini biasanya digunakan pada acara perjamuan tamu-tamu penting perusahaan
(moy/sumber : dokumentasi Tins Gallery)
Piring kecil keramik yang berasal dari jaman BTW (Banka Tin Winning Bedrijft), yaitu perusahaan timah pada jaman Belanda sekitar tahun 1816 - 1818. Piring ini biasanya dipakai untuk menjamu tamu-tamu penting perusahaan.
Koleksi keramik dari Graha Peltim yang dihibahkan ke Tins Gallery Pangkalpinang tahun 2019.
(moy/sumber: Dokumentasi Tins Gallery)
Koleksi gelas lama dari Peleburan Timah (Peltim) Muntok yang namanya sekarang berubah menjadi Pusat Metalurgi.
Gelas ini biasanya digunakan pada acara perjamuan tamu-tamu penting perusahaan.
(moy/sumber : dokumentasi Tins Gallery)
Telepon analog lama tipe dial merk Telecall buatan Jepang yang dahulu pernah dipakai di kantor Peleburan timah Muntok.
Koleksi benda-benda lama milik Pusat Metalurgi Muntok yang dihibahkan ke Tins Gallery Pangkalpinang tahun 2019.
(moy/sumber: Dokumentasi Tins Gallery)
Koleksi Pewter lama Replika Tanur Putar, tanur putar adalah teknologi pengolahan timah pada tahun 1970-an yang berasal dari Jerman.
Namun karena tanur putar kurang efisien dalam pengolahan timah, teknologi ini kemudian ditinggalkan dan digantikan dengan teknologi tanur tetap.
Koleksi pewter lama milik Pusat Metalurgi Muntok yang dihibahkan ke Tins Gallery Pangkalpinang tahun 2019.
(moy/sumber: Dokumentasi Tins Gallery)
Piramida miniatur produk-produk logam yang dihasilkan PT Timah Tbk. Miniatur ini terbuat dari bahan pewter dan digunakan dalam pameran-pameran PT Timah baik di dalam maupun luar negeri.
Koleksi barang-barang lama yang dihibahkan dari Pusat Metalurgi Muntok ke Tins Gallery.
(moy/sumber: dokumentasi Tins Gallery)
Ini merupakan koleksi piala (trophy) yang terbuat dari Pewter. Piala-piala ini merupakan proyek pembuatan kerajinan pewter yang digagas oleh istri mantan Direktur Utama PT Timah ibu Kuntoro Mangkusubroto pada sekitar tahun 1980-an sebagai cara untuk memberikan nilai tambah terhadap produk logam yang dihasilkan PT Timah.
Saat ini kerajinan pewter dalam bentuk piala sudah kurang diminati masyarakat karena banyaknya produk piala yang terbuat dari plastik dan harganya jauh lebih murah.
Koleksi piala ini merupakan koleksi Pusat Metalurgi Muntok yang sebagian dihibahkan ke Tins Gallery dan sebagian lagi dipamerkan di Museum Timah Muntok.
(moy/sumber: wawancara dengan Bapak Budi Pramono pengrajin Pewter binaan PT Timah Tbk tahun 1980)
Stempel balok timah dengan brand MENTOK dilihat dari bagian bawah.
(moy/sumber: ex. koleksi peltim timah muntok)
Stempel balok timah dengan brand MENTOK dilihat dari bagian atas.
(moy/sumber: ex. koleksi peltim timah muntok)
Stempel merk diletakkan oleh karyawan PT Timah pada cairan timah yang masih panas.
Setelah dingin stempel merk diketuk-ketuk agar lepas dari batangan logam, untuk digunakan mencetak batangan logam berikutnya.
(moy/sumber: foto humas PT Timah Tbk)
Hasil cetakan stempel pada batangan logam timah yang sudah jadi, setiap batang mempunyai berat antara 16-30 Kg
Saat ini PT Timah Tbk memiliki beberapa merk yaitu Mentok, Banka dan Kundur dengan spesifikasi yang beragam seperti :
Brand Banka 99,99 (four nine), LL 50, LL 100 dan 99,9.
Brand Kundur 99,9, LL 200, LL 100 dan LL 50
Brand Mentok tidak memiliki spesifikasi khusus
Produk logam PT Timah Tbk telah diterima oleh pasar Internasional dan terdaftar pada London Metal Exchange (LME).
Kode LL atau Low Lead adalah kadar Pb (timbal) maksimum dalam ppm (parts per million) yang kadarnya tercetak pada produk Timah dengan spesifikasi LL
(moy/sumber: Div. Pemasaran / foto humas PT Timah Tbk)
Balok Timah dengan merk BANKA 99,99 (four nine) dengan kandungan SN minimal 99,99%.
(moy/sumber:museum timah muntok)
Tarsius bancanus atau mentilin merupakan salah satu spesies tarsius. Primata endemik Sumatra dan Kalimantan, Indonesia ini ditetapkan sebagai fauna identitas provinsi Bangka Belitung.
Tarsius bancanus dalam bahasa Inggris sering disebut sebagai Horsfield’s Tarsier atau Western Tarsier.
Tarsius bancanus mempunyai ciri-ciri dan perilaku seperti jenis-jenis tarsius lainnya. Panjang tubuhnya sekitar 12–15 cm dengan berat tubuh sekitar 128 gram (jantan) dan 117 gram (betina). Bulu tubuh mentilin berwarna coklat kemerahan hingga abu-abu kecoklatan.
Tarsius bancanus tersebar di Indonesia (Kalimantan, Sumatra, dan pulau-pulau sekitar seperti Bangka, Belitung, dan Karimata), Malaysia Timur (Sabah dan Serawak), dan Brunei Darussalam.
Terdapat empat subspesies Tarsius bancanus, yaitu:
(moy/sumber : wikipedia, foto credit : David Haring)
Binatang terkecil dan paling unik di dunia, orang Belitung menyebutnya Pelilian, secara umum mempunyai karakteristik, mata yang besar dan telinga yang lebar dibandingkan dengan ukuran tubuhnya. Binatang ini dapat memutar kepalanya hingga 180° dan kembali lagi tanpa mengubah posisinya. Panjang ekor juga hampir dua kali ukuran tubuhnya.
Tarsius mencari makan dan melakukan aktifitas lainnya pada malam hari (nocturnal) dan hidup diatas pohon setinggi 0.5 hingga 2 meter semi menggantung dan gerakan melompat.
Untuk menandai teritori dan wilayahnya, Tarsius mengencingi pohon-pohon yang dihinggapinya. Pada siang hari Tarsius tidur dibawah rindangnya pepohonan di hutan namun mereka tidak membuat sarang. Tarsius adalah pemakan serangga seperti, belalang, jangkrik, kumbang dan kepik, kadang juga memakan kadal, ular kecil, kelelawar dan burung kecil.
Sejak 1931, Tarsius dilindungi oleh ordonansi Perlindungan satwa liar No. 266 Tahun 1931, dan diperkuat dengan UU No. 5 tahun 1990 dan Kepmen No.301/Kplts-II/1991 tgl. 10 Juni 1991 .
Tarsius juga termasuk dalam daftar hewan yang dilarang untuk diperjualbelikan dalam lampiran ke II dari daftar tersebut. Secara khusus spesies Tarsius di Belitung disebut TARSIUS BANCANUS SALTATOR berdasarkan riset yang dilakukan oleh Dr.Indra Yustian , M.Si ( Penetilit Biologi , Fakultas MIPA, Universitas Sriwijaya ) dan sudah terdaftar pada IUCN sejak 6 Oktober 2008 , dan sejak 2011 TARSIUS BANCANUS SALTATOR telah ditetapkan sebagai ikon fauna Provinsi Bangka Belitung
(moy/sumber : terjemahan bebas dari https://batumentas.wixsite.com/belitung/about-tarsius)